Iya, Cinta itu masih biru dan berpihak padamu mas, kalau kau mau tau. Meski ruam - ruam di hatiku masih terasa sakit seperti hari - hari lalu, namun percayalah...hati itu masih biru masih menyeruat cerah seperti harapanku.
Aku keras kepala, aku tak mau meninggalkan apa yang semestinya sudah kutinggalkan, selalu begitu yang sahabatku katakan mengenai diriku. Mungkin bosan juga lelah, mendengar - dengar nama mas yang berwarna biru itu di hatiku, mas yang kusebut namamu dengan random tiap kali bercakap dengan sahabatku.
Apakah Kesadaranku Perlu Tanya ?
Seberapa sadar sih tingkat kesadaranku ini :v Apa perlu menempelkan kepala ke freezer ? Atau perlu merendamnya di baskom berisi air ? Hey, aku ini kenapa dan mesti bagaimana. Rasanya hati yang bernaung di tubuhku ini tak bisa selaras, tak bisa dikendalikan oleh otak.
Iya, terkadang hatiku memang tak bisa dikendalikan oleh otak. Kalau meminjam istilah dari mbak Dinar (seorang Sarjana Pskologi yang sudah sejak lama mendengarkan samabt juga menemaniku), "Otak sebenarnya tahu, tapi hati kadang pura - pura tidak tahu".Ya mungkin sih, otak ku tahu bahwa harusnya aku berlalu, tapi hatiku belum mau.
Kesadaranku Mampet Padamu Mas
Masih dan sering gambaran wajah mas melintas imajinasi, malah terlampau sering. Cara mas memanggilku, cara halus mas memperlakukanku ketika bertemu dan bebarengan dengan kelakuan menghilang mas yang membuatku pilu sembilu.
Boleh tidak aku menyebutmu kejam mas ? Kejam ketika mas menghilang dan melupa bahwa aku masih ada di dunia. Namun sayang, kejamnya dirimu tak bisa kupenjarakan mas. Tapi ngga mungkin bisa sih, karena kejam-mu ini bisa jadi hanya kejam hasil imajinasiku sendiri.
Break dulu ya nulisku tentangmu mas. Aku mau makan dulu nih.
Posting Komentar
Posting Komentar